Minggu, 17 April 2011

mau jadi ahli !!!



Suatu saat saya berpikir mengenai hidup berguna, dan terlintas di benak saya kata "ahli". Seorang ahli pasti dicari, dalam bidang apapun itu, baik bidang musik, sastra, perpustakaan, dan lain sebagainya. Namun bagaimana kita bisa menjadi seorang ahli? Mari kita membahasnya!

Tuhan memberikan kepada kita masing-masing talenta (bakat dalam bidang tertentu), dan itu berbeda-beda dari segi kuantitas maupun kualitas. Orang yang diberikan bakat di suatu bidang, akan lebih mudah untuk menjadi ahli dalam bidang tersebut. Jadi, mari kita melihat, dimanakah bakat atau talenta kita, karena disanalah kemungkinan kita menjadi ahli.

Dalam usaha menjadi ahli, ada faktor lain selain bakat atau talenta, yaitu kerja keras. Seorang alumni IPB yang kini sudah menjadi seorang ahli lingkungan bernama Haskarlianus Pasang (yang saya sapa "bang Haskar"), pernah kagum terhadap dosen S1nya. Dulu ia bertanya kepada sang dosen (yang sangat ahli untuk menjawab berbagai pertanyaan seputar mata kuliah yang di ajarkan), kira-kira begini pertanyaannya “bagaimana bapak bisa sampai seperti ini (menjadi ahli)?” Jawab dosen itu “tidak gampang, salah satunya adalah saya rajin membaca, ketika kamu belum bangun di pagi hari saya sudah membaca dan ketika kamu sudah tidur di malam hari saya masih membaca”. Sang dosen yang dikagumi harus bekerja keras untuk menjadi kunci jawaban bagi setiap pertanyaan muridnya.

Saya jadi teringat papa saya, ia adalah seorang montir yang cukup ulung, semua saudara menelepon, bertanya masalah kendaraannya. Tak jarang mereka datang meminta papa memperbaikinya. Selain montir ia juga adalah seorang supir angkutan umum. Keahlian papa tak di sia-siakan oleh teman-temannya, mereka menelepon untuk bertanya masalah kendaraannya, menjemput papa untuk memperbaiki, ataupun datang langsung dengan mobilnya yang bermasalah. Saya sangat bersyukur ternyata saya memiliki papa yang ahli dalam suatu hal, dan ia menjadi berkat bagi banyak orang dengan keahliannya. Tetapi hal tersebut tidak didapat dengan mudah, papa saya "memegang" mesin mobil sebelum saya bangun di pagi hari, dan masih melakukannya setelah saya sudah nyenyak tidur pada malam hari. Hal ini sudah dilakukannya sekitar 20 tahun. Jika ditanya apa yang saya syukuri atau kesan apa yang saya dapat dari papa (yang sudah beristirahat sangat panjang, sudah meninggal pada tahun 2008) adalah papa saya seorang pekerja keras, yang menjadikannya sang montir ahli.

Talenta harus dikembangkan jika ingin maksimal, mengikuti pendidikan formal atau dibimbing oleh orang yang berpengalaman adalah sarananya. Namun, tidak banyak orang yang memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan formal atau dibimbing oleh seorang ahli. Hal-hal tersebut seringkali disebabkan oleh karena terbatasnya biaya atau hal lainnya. Jadi, kesempatan juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi ahli.

Hal yang menyedihkan adalah, orang yang mendapat kesempatan menjadi ahli, menggunakan keahliannya untuk hal yang merugikan dunia. Ahli nuklir, membuat senjata pemusnah massal. Ahli teknologi informasi, mencuri uang dari Bank, dengan membobol jaringannya. Ahli sastra, memprovokasi massa dengan berita bohong. Dan lain sebagainya.

Namun, kenyataan di atas, justru harus menambah semangat kita untuk menjadi ahli. Dunia ini membutuhkan penyeimbang ahli-ahli yang jahat, yaitu, ahli dengan hati mulia. Bumi ini tidak lain adalah medan perang antara yang baik dan jahat, dan para ahli adalah kesatrianya.

Saya ingin hidup berguna, saya ingin menjadi ahli, saya ingin seperti papa (bahkan lebih). Talenta, kerja keras, dan kesempatan saya butuhkan. Sang Ahli Agung kiranya merajut hidup saya, supaya saya juga merajut hidup sesama dalam kebaikkan.