Sabtu, 02 Juli 2016

Selamat hari lebaran, minal aidin wal faizin?


Selamat hari lebaran, minal aidin wal faizin?

Ketika hari Natal kemarin, saudara kita yang muslim mempermasalahkan "bolehkah mengucapkan selamat natal?" alasan yang saya tangkap bagi mereka yang tidak memperbolehkan sangatlah masuk akal, bahwa dengan mengucapkan selamat Natal mereka akan mendukung iman orang Kristen, bahwa Yesus sungguh Juru Selamat dan Tuhan, yang bagi mereka adalah dosa yang sangat besar, menduakan Tuhan.

Nah, bagaimana dengan kita, bolehkah kita mengucapkan "Selamat hari lebaran, minal aidin wal faizin"? Ada beberapa pertimbangan yang perlu kita kaji, pertama, hukum yang terutama dalam Alkitab adalah mengasihi Allah dan sesama, itulah yang Yesus tegaskan. Kita tidak boleh mengganti hukum kasih ini dengan apapun yang lain, Allah telah mengasihi dunia ini dengan memberikan Putra Tunggal-Nya, respon utama kita seharusnya mengasihi Dia dan sesama yang sangat Ia kasihi. Pertanyaannya siapakah sesama kita itu? Pertanyaan inipun ditanyakan kepada Yesus, dan Yesus memberikan perumpamaan orang Samaria yang baik, untuk menegur orang Yahudi agar memperlakukan orang Samaria sebagai sesamanya manusia, yang sama derajatnya. Orang Yahudi sangat menganggap rendah orang Samaria, mereka adalah "half blood", setengah Yahudi karena mencampur darahnya dengan menikah dengan bangsa lain. Semakin dijauhi nampaknya orang Samaria semakin jauh dari Allah, mereka memiliki agama sendiri, mereka tidak beribadah di Yerusalem, lagi pula pasti dilarang oleh orang Yahudi. Nah, Samaria beda suku dan agama, namun mereka adalah sesama manusia bagi orang Yahudi, merekapun masih bisa berbuat sebaik yang diperumpamaan Yesus. Bukankah orang muslim sesama kita manusia?

Paulus menerjemahkan kasih seperti ini "Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!" (Roma 12:15 TB) Jadi kita bisa menambah sukacita saudara kita yang muslim dengan ikut bersukacita dan mengucapkan selamat hari raya.

Pertimbangan kedua yang berkaitan adalah pertanyaan "apakah dengan demikian kita mengakui bahwa ibadah puasa yang mereka lakukan memang dapat menghapus dosa?" Bagi iman Kristiani kita, pengampunan dosa hanya melalui pengorbanan Anak Allah di atas kayu salib. Apakah dengan  mengucapkan selamat Lebaran, Waisak, Nyepi, Dll. Sekonyong-konyong kita mengatakan mereka yang benar dan kita mengingkari iman Kristiani kita? Menurut saya tidak, kita hanya menghargai iman kepercayaan mereka. Mereka pun tidak akan sebodoh itu berpikir bahwa kita mengimani apa yang mereka percayai, kecuali kemudian kita pindah agama dan menjalankan ibadah mereka. Tetapi jika tidak, menurut saya pada akhirnya mereka yang berpikiran normal akan mengerti bahwa kita mengucapkan selamat hanya karena menghargai iman mereka dan mengasihi mereka sebagai teman dan sahabat.

Pertimbangan ketiga adalah ucapan selamat sebagai ekspresi penghargaan terhadap perbedaan keyakinan. Kita harus menunjukkan penghormatan kita terhadap perbedaan keyakinan yang ada di bangsa kita, nah kalau kita saja sebagai kaum minoritas tidak bisa menunjukkan sikap hormat kita, bagaimana kita menuntut penghormatan dari kaum mayoritas. Lagipula sikap menghormati dan sopan santun adalah bentuk dari kasih kepada sesama.

Pertimbangan keempat, kegiatan lebaran yaitu saling meminta maaf dan memaafkan adalah Alkitabiah. Tuhan Yesus sendiri mengajarkan kita berdoa "dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami" (Mat 6:12 TB)

Nah, lebaran tinggal menghitung hari, sukacita mereka di depan mata, maukah kita bersukacita dengan mereka yang bersukacita?

Selamat hari lebaran, minal aidin wal faizin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar