Jumat, 08 Juli 2016

Pornografi


Pornografi?

Lembaga survei kristen di Amerika (Barna) seperti dilansir sebuah majalah kristen pada Januari 2016 lalu melakukan survei kepada 432 pendeta, dan 338 pendeta bagi pelayanan kaum muda tentang pergumulan mereka dengan pornografi. Dan hasilnya sangat mencengangkan, yaitu kebanyakan pendeta (57%), dan pendeta bagi pelayanan kaum muda (64%) mengakui pernah atau masih bergumuk dengan pornografi.14 % pendeta, dan 21 % pendeta bagi pelayanan kaum muda sedang bergumul dengan memakai materi porno.

Mungkin kita bisa mengatakan "jika pendeta saja jatuh, apalagi jemaat" jadi sangat mungkin jumlah di dalam jemaat kristen jauh lebih parah. Mengapa pornografi bisa menjadi jerat masal khususnya bagi para pria? Mungkin hal yang utama adalah pornografi menawarkan pemuasan hasrat seksual kita dengan cara yang mudah namun salah, ini menyangkut jati diri manusia sebagai makhluk seksual, yang memiliki hasrat seksual, hanya saja pornografi menawarkan jalur yang salah dan gampang. Tinggal buka, lihat, dan nikmati. Berbeda jika kita memilih jalur pernikahan, yang panjang karena melewati proses pengenalan yang bertahap.

Hal kedua mungkin karena pornografi dapat dinikmati secara sembunyi, jadi tidak merusak citra kita di hadapan orang lain. Pornografi tidak mengusik kesombongan kita.

Ketiga, pornografi seringkali menggoda kita kala kita sendirian. Terbukti bahwa kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan sesama untuk menguatkan kita, namun pornografi mudah sekali datang ketika kita seorang diri di dalam kamar kita.

Keempat, nampaknya pornografi sudah menjadi industri yang sangat besar, sehingga tawaran pornografi sekarang berada dimana-mana, di segala media, dalam iklan produk apa saja. Apalagi kita hidup di jaman teknologi gadget dan internet yang sangat memudahkan kita terhubung dengan dunia, termasuk dengan tawaran pornografi.

Apa kata Alkitab tentang pornografi? Nampaknya Alkitab tidak secara khusus membahas pornografi, wajar saja karena pada masa Alkitab di tulis, teknologi belum mendukung pornografi. Namun Tuhan Yesus pernah menyinggung dosa pikiran, demikian ujar-Nya "Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya." (Matius 5:27-28 LAI TB) Nampaknya ayat ini cukup untuk mengatakan bahwa bagi Tuhan pikiran kita pun haruslah bersih dari perilaku seksual di luar pernikahan. Dalam Alkitab, nampaknya pernikahan menjadi satu-satunya tempat berhubungan intim. Allah memberikan pernikahan sebagai wadah untuk menikmati hubungan intim seksual, baik dalam tindakan maupun dalam pikiran. Dalam Matius pasal 5 ini Tuhan Yesus menghendaki, orang-orang Kristen menjadi teladan dalam dunia ini, sebagai terang dan garam, termasuk dalam hal mengendalikan nafsu seksual, menyalurkannya tepat pada tempatnya.

Apa dampak yang bisa terjadi dari pornografi? Menurut saya standar utama dari kehidupan adalah mengsihi Allah dan sesama, Tuhan Yesus menegaskan inilah hukum pertama, dan terutama, jadi mari kita bertanya apa pengaruh pornografi terhadap tugas utama kita, yaitu mengasihi Allah, dan sesama.

Setelah berbicara tentang perzinahan melalui pikiran, dalam Matius 5, Yesus kemudian berbicara tentang perceraian. Nah, saya coba menangkap maksudnya sebagai, pikiran yang tidak terkendali adalah benih dari perselingkuhan yang adalah syarat seseorang diperbolehkan menceraikan yang lain. Jadi dampak perselingkuhan pikiran dari pornografi adalah dapat menjadi benih dari perceraian.

Sifat pornografi yang bersifat adiktif, membuat seseorang menghabiskan banyak sumber dayanya (waktu, uang, Dll.) untuk pornografi, untuk kepuasan diri sendiri, bukan lagi untuk melayani Allah dan sesama. Sebenarnya kita bisa menggunakan waktu kita untuk hal-hal yang jauh lebih baik, seperti untuk belajar firman Allah, berdoa bagi diri sendiri dan bagi pergumulam dunia ini, memperhatikan orang-orang yang ada di sekitar kita, seperti Tuhan Yesus pada waktu Ia hadir dalam dunia ini, Ia menghabiskan waktu-Nya untuk melayani sesama dan mendapatkan kekuatan dalam persekutuan pribadi dengan Bapa.

Kehidupan Yesus dapat disimpulkan dalam nasihat Paulus kepada jemaat di Roma "Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!
Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!" (Roma 12:15) Yesus ketika hidup melayani tertawa dalam rumah pesta, melayani orang yang sakit, dan menangis dalam rumah duka, Yesus terharu dan menangis melihat Maria dan Martha yang sangat sedih karena Lazarus saudara laki-laki mereka meninggal. Bukankah alangkah indahnya jika waktu kita digunakan untuk berbela rasa dengan yang bersukacita dan yang berdukacita, dan melayani mereka.

Mungkin setiap hari kita bertemu dengan orang yang bersukacita, misalnya tiap hari Facebook menginformasikan kita ada teman dan kenalan yang berulang tahun, dan kita diajak untuk mengucapkan selamat untuk menambahkan kebahagiaan mereka. Dan kita juga sangat sering bertemu dengan orang yang sedang memiliki masalah atau berduka.

Pornografi juga akan menyakiti hati pasangan kita, pasangan kita akan merasa dikhianati dalam hati kita. Dengan mengakses materi porno kita ikut dalam mensuburkan bisnis ini, jika bisnis ini subur, maka makin banyak wanita dan mungkin juga pria yang dapat terjebak masuk menjadi model porno, makin banyak juga korbannya.

Pornografi mungkin dampaknya tidak sebesar membunuh, mencuri, berzinah, Dll. Akan tetapi dosa yang kecil ini jika dikumpulkan seumur hidup kita maka hasilnya adalah terbuangnya waktu yang tidak terkira untuk kita membangun diri dan untuk melayani sesama.  Secara perlahan mungkin dosa ini berdampak lebih besar dari dosa besar yang kita lakukan, karena dapat membuat kita kehilangan kesempatan-kesempatan untuk membangun diri agar berguna menjadi alat Allah melayani sesama.

Nah, adakah harapan kita bebas dari kecanduan pornografi, atau tidak jatuh dalam pornografi? Dari survei di atas kita melihat harapan, bahwa banyak juga yang tidak jatuh dalam pornografi atau dapat meninggalkannya. Menjadi tugas selanjutnya untuk meneliti orang-orang yang tidak jatuh dan orang-orang yang dapat meninggalkannya, menyelidiki apa kunci keberhasilan mereka.

Namun, ada beberapa solusi yang dapat kita renungkan dari kisah Yusuf, anak muda yang tampan, pertama, menjauhi materi-materi porno sedini mungkin, apalagi ketika seorang diri. Teringat akan Yusuf yang berhasil mengatasi godaan istri Potifar karena lari daripadanya. Kedua, yang paling penting adalah sikap Yusuf yang menghormati Tuhan dan sesama dalam hal ini Potifar, ujarnya "Dengan bantuanku tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku,
bahkan di rumah ini ia tidak lebih besar kuasanya dari padaku, dan tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain dari pada engkau, sebab engkau isterinya. Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?" (Kej 39:8-9).

Sikap yang menghormati Tuhan dan sesama adalah bentuk dari melakukan hukum yang terutama, hukum kasih, mengasihi Allah dan sesama.

Pengendalian diri Yusuf akan hawa nafsu dipengaruhi oleh pemahamannya akan menghormati Allah dengan memperlakukan sesama secara baik. Mari kita berjuang mengendalikan nafsu seksual kita, menyalurkannya hanya dalam wadah pernikahan, bukan pada pornografi. Tuhan Yesua yang menghendaki kita untuk menguduskan pikiran, Dia jugalah yang akan menolong kita untuk mengendalikan nafsu seksual kita.

Namun, jika pembaca memiliki solusi-solusi praktis lainnya untuk menghadapi dosa pornografi ini, silahkan menambahkan dalam kolom komentar di bawah! Salam Sejahtera.

Sabtu, 02 Juli 2016

Selamat hari lebaran, minal aidin wal faizin?


Selamat hari lebaran, minal aidin wal faizin?

Ketika hari Natal kemarin, saudara kita yang muslim mempermasalahkan "bolehkah mengucapkan selamat natal?" alasan yang saya tangkap bagi mereka yang tidak memperbolehkan sangatlah masuk akal, bahwa dengan mengucapkan selamat Natal mereka akan mendukung iman orang Kristen, bahwa Yesus sungguh Juru Selamat dan Tuhan, yang bagi mereka adalah dosa yang sangat besar, menduakan Tuhan.

Nah, bagaimana dengan kita, bolehkah kita mengucapkan "Selamat hari lebaran, minal aidin wal faizin"? Ada beberapa pertimbangan yang perlu kita kaji, pertama, hukum yang terutama dalam Alkitab adalah mengasihi Allah dan sesama, itulah yang Yesus tegaskan. Kita tidak boleh mengganti hukum kasih ini dengan apapun yang lain, Allah telah mengasihi dunia ini dengan memberikan Putra Tunggal-Nya, respon utama kita seharusnya mengasihi Dia dan sesama yang sangat Ia kasihi. Pertanyaannya siapakah sesama kita itu? Pertanyaan inipun ditanyakan kepada Yesus, dan Yesus memberikan perumpamaan orang Samaria yang baik, untuk menegur orang Yahudi agar memperlakukan orang Samaria sebagai sesamanya manusia, yang sama derajatnya. Orang Yahudi sangat menganggap rendah orang Samaria, mereka adalah "half blood", setengah Yahudi karena mencampur darahnya dengan menikah dengan bangsa lain. Semakin dijauhi nampaknya orang Samaria semakin jauh dari Allah, mereka memiliki agama sendiri, mereka tidak beribadah di Yerusalem, lagi pula pasti dilarang oleh orang Yahudi. Nah, Samaria beda suku dan agama, namun mereka adalah sesama manusia bagi orang Yahudi, merekapun masih bisa berbuat sebaik yang diperumpamaan Yesus. Bukankah orang muslim sesama kita manusia?

Paulus menerjemahkan kasih seperti ini "Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!" (Roma 12:15 TB) Jadi kita bisa menambah sukacita saudara kita yang muslim dengan ikut bersukacita dan mengucapkan selamat hari raya.

Pertimbangan kedua yang berkaitan adalah pertanyaan "apakah dengan demikian kita mengakui bahwa ibadah puasa yang mereka lakukan memang dapat menghapus dosa?" Bagi iman Kristiani kita, pengampunan dosa hanya melalui pengorbanan Anak Allah di atas kayu salib. Apakah dengan  mengucapkan selamat Lebaran, Waisak, Nyepi, Dll. Sekonyong-konyong kita mengatakan mereka yang benar dan kita mengingkari iman Kristiani kita? Menurut saya tidak, kita hanya menghargai iman kepercayaan mereka. Mereka pun tidak akan sebodoh itu berpikir bahwa kita mengimani apa yang mereka percayai, kecuali kemudian kita pindah agama dan menjalankan ibadah mereka. Tetapi jika tidak, menurut saya pada akhirnya mereka yang berpikiran normal akan mengerti bahwa kita mengucapkan selamat hanya karena menghargai iman mereka dan mengasihi mereka sebagai teman dan sahabat.

Pertimbangan ketiga adalah ucapan selamat sebagai ekspresi penghargaan terhadap perbedaan keyakinan. Kita harus menunjukkan penghormatan kita terhadap perbedaan keyakinan yang ada di bangsa kita, nah kalau kita saja sebagai kaum minoritas tidak bisa menunjukkan sikap hormat kita, bagaimana kita menuntut penghormatan dari kaum mayoritas. Lagipula sikap menghormati dan sopan santun adalah bentuk dari kasih kepada sesama.

Pertimbangan keempat, kegiatan lebaran yaitu saling meminta maaf dan memaafkan adalah Alkitabiah. Tuhan Yesus sendiri mengajarkan kita berdoa "dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami" (Mat 6:12 TB)

Nah, lebaran tinggal menghitung hari, sukacita mereka di depan mata, maukah kita bersukacita dengan mereka yang bersukacita?

Selamat hari lebaran, minal aidin wal faizin!

Selasa, 13 Maret 2012

Pemakaian Perangkat Lunak

Pemakaian Perangkat Lunak (Software) Bajakan dan Kasih kepada Sesama

Saya sering mendengar di Indonesia ini orang berkata, “sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya”, kalau saya tidak salah, pernyataan tersebut berasal dari agama tertentu. Dalam agama yang lain saya menemukan padanannya, yaitu “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Bagaimana kalau pemakaian perangkat lunak bajakan yang sudah memasyarakat dipandang dari sudut pandang kasih kepada sesama atau manfaat bagi sesama. Inilah yang coba saya uraikan.

Beberapa alasan umum tentang mengapa orang memakai perangkat lunak bajakan adalah sebagai berikut: harganya terjangkau; lebih mudah ditemukan; semua orang melakukannya, termasuk yang orang dihormati; bisa dipakai berulang-ulang; dan lain sebagainya. Namun berdasarkan kasih kepada sesama apakah hal-hal tersebut dapat dibenarkan?

Mari membandingkan tujuan adanya Hak Cipta dari Undang-undang Hak Cipta (Copyright Act) pada tahun 1976 yang dikeluarkan dalam Kongres Amerika, yang mulai berlaku tahun 1978.  Pada dasarnya, hak cipta memiliki 2 tujuan, yaitu: “Pertama, melindungi hak pencipta untuk mendapatkan keuntungan secara komersil, dan kedua, melindungi hak pencipta untuk mengendalikan bagaimana karyanya digunakan.”

Sejatinya undang-undang hak cipta bertujuan melindungi pencipta agar tetap mendapatkan keuntungan secara komersil. Oleh sebab itu, demi kasih terhadap sesama, para pemakai perangkat lunak bajakan harus memperhatikan apakah pencipta dari perangkat yang dipakainya dirugikan secara komersil. Menurut saya, yang paling merugikan pencipta adalah orang-orang yang membajak karya mereka dan menjualnya semata-mata mencari keuntungan pribadi. Namun penjual tersebut hadir karena ada pembelinya. Jadi para pengusaha “perangkat lunak (software )bajakan” akan terus bertumbuh selama pemakai perangkat lunak bajakan menjamur.

Pemakaian perangkat lunak bajakan memang tidak baik. Selain bisa merugikan pencipta karya tersebut (yang berarti tidak mengasihinya), masyarakat juga dibiasakan atau dibudayakan untuk tidak menghargai karya orang lain, memiliki sikap gampangan (suka terhadap jalan pintas, dan tidak mau bekerja keras). Namun ketamakan kapitalisme juga tidak bisa kita biarkan, pencarian keuntungan yang tidak wajar adalah sikap anti kasih dan tidak ramah. Pasar harus menyesuaikan harga dengan daya beli. Apalagi jika pembelinya adalah pelajar atau mahasiswa yang sedang menuntut ilmu demi masa depannya. Daya beli di negara “dunia ketiga” pastilah jauh berbeda dengan negara maju. Jadi pemakai dan pencipta harus saling peduli dengan kondisi masing-masing atau saling mengasihi.

Pemerintah dapat menjadi sarana agar pemakai dan pencipta perangkat lunak dapat saling menguntungkan secara wajar, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 contohnya. Pada Bab XIII diatur tentang ketentuan pidana bagi pelanggar hak cipta, dan pada Bab II bagian Lima, diatur tentang Pembatasan Hak Cipta, contohnya pada pasal 15 dinyatakan demikian, “dengan syarat bahwa sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan, tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah”.
Namun pemerintah tidak boleh puas dengan memiliki undang-undang di atas, pemerintah harus terus mengkajinya agar pencipta dan masyarakat semakin mendapatkan keuntungan. Negara juga harus menjalankan undang-undang yang telah dibuatnya sendiri (Indonesia memiliki dasar-dasar negara yang luar biasa, Pancasila, UUD 45, Dll. Namun sering tidak diaplikasikan) . Dengan demikian, pemerintah benar-benar mengasihi warganya.

Kita memang tidak membenarkan “Robin hood” tetapi kita juga tidak setuju dengan “Land Lord” yang tamak. Budaya kita di Indonesia adalah gotong-royong dan ramah-tamah. Sikap tersebut tidak lain adalah bukti kasih kita kepada sesama manusia, dan itu membuktikan bahwa kita adalah bangsa bermartabat dan terhormat. Mari kita tunjukkan kepada dunia, Indonesia mengasihi dan menghargai sesama, termasuk dalam pemakaian perangkat lunak. (AS)


Minggu, 11 Maret 2012

Gereja: Nyaris Tak Terdengar

Gereja: Nyaris Tak Terdengar


Pada umumnya, ibadah kita di dalam gedung gereja berlangsung dengan banyak suara: permainan musik, nyanyian jemaat, paduan suara, khotbah pendeta, dan lain sebagainya. Semua suara itu diharapkan membangun iman kita. Namun, bagaimana suara gereja terdengar dari luar gedungnya?

Sebagai seorang Kristiani, saya sering mencari pandangan Gereja (dalam hal ini pendapat yang mewakili lembaga Kristen atau sebagai anggota gereja) tentang isu-isu yang ada dalam masyarakat. Dalam pencarian itu, saya sering kecewa, karena suara Gereja nyaris tak terdengar, misalnya dalam masalah Undang-Undang Anti Pornografi, kasus terlantarnya ribuan TKW kita di Timur Tengah, dan disekapnya ABK (Anak Buah Kapal) kita di Somalia. Nyaris tak terdengar bukan?

Saya tidak tahu berapa banyak penghuni gereja mengalami kekecewaan yang sama seperti saya. Pastinya, kesunyian suara dari gereja harus dibenahi bersama. Jika tidak, janganlah kita heran kalau bangsa ini memandang kekristenan sebelah mata. Bahkan Injil kabar baikpun dapat menerima imbasnya. Masyarakat bisa urung mendengarkan kita, padahal Gereja ada untuk perbaikan dunia.

Terlintas tanya, mengapa suara Gereja nyaris tak terdengar? Apakah karena warga Gereja tidak tahu bahwa Yesus menginginkan mereka berkarya, termasuk dalam isu sosial yang ada? Jangan-jangan kita tidak menyuarakan perintah dan teladan Yesus untuk terjun dalam pergumulan sehari-hari manusia, dari mimbar dan kelas pembinaan gereja.

Saya juga jarang mendengarkan masalah sosial dibicarakan serius dalam acara gereja, baik yang formal maupun informal. Diskusi tentang itu mungkin justru lebih ramai dan seru di warung kopi di samping Gereja. Sudah saatnya gereja mendiskusikan masalah dunia dari kaca mata yang telah dibersihkan oleh Firman Allah. Warga Gereja harus lebih ramai dan serius memikirkan jalan keluar bagi masalah-masalah yang dihadapi oleh bangsa.

Gereja harus menjelaskan sejelas-jelasnya kepada warganya. Bahwa Yesus memerintahkan kita untuk menjawab pergumulan dunia, bukan tidak acuh atau lari daripadanya. Teladan Allah sendiri harus dibentangkan sebagai acuan, dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru.

Berdasarkan teladan Allah dan perintah-Nya yang telah diterangkan, gereja dapat menghimbau warganya untuk memakai segala daya yang ada, akal budi, latar belakang pendidikan, pekerjaan, dan lain sebagainya, untuk memberikan jawaban bagi isu-isu sosial yang ada. Insinyur dari gereja berbicara soal mobil Esemka, sarjana ekonomi dari gereja dapat mengusulkan sistem ekonomi yang tepat bagi Indonesia, ahli hukum anggota gereja dapat mengkritisi semrawutnya aplikasi tata perundangan kita, dan lain sebagainya.

Biarlah suara Gereja mengudara di bumi Indonesia baik melalui radio, surat kabar, maupun televisi. Suara gereja harus menghibur yang sedih, membela yang diperlakukan tidak adil, memberikan pencerahan dan jalan keluar, memberikan harapan-harapan yang indah. Suara itu harus benar-benar seindah nyanyian sorgawi yang terdengar dari dalam gedung Gereja. (Argius Sinabutar)

Minggu, 17 April 2011

mau jadi ahli !!!



Suatu saat saya berpikir mengenai hidup berguna, dan terlintas di benak saya kata "ahli". Seorang ahli pasti dicari, dalam bidang apapun itu, baik bidang musik, sastra, perpustakaan, dan lain sebagainya. Namun bagaimana kita bisa menjadi seorang ahli? Mari kita membahasnya!

Tuhan memberikan kepada kita masing-masing talenta (bakat dalam bidang tertentu), dan itu berbeda-beda dari segi kuantitas maupun kualitas. Orang yang diberikan bakat di suatu bidang, akan lebih mudah untuk menjadi ahli dalam bidang tersebut. Jadi, mari kita melihat, dimanakah bakat atau talenta kita, karena disanalah kemungkinan kita menjadi ahli.

Dalam usaha menjadi ahli, ada faktor lain selain bakat atau talenta, yaitu kerja keras. Seorang alumni IPB yang kini sudah menjadi seorang ahli lingkungan bernama Haskarlianus Pasang (yang saya sapa "bang Haskar"), pernah kagum terhadap dosen S1nya. Dulu ia bertanya kepada sang dosen (yang sangat ahli untuk menjawab berbagai pertanyaan seputar mata kuliah yang di ajarkan), kira-kira begini pertanyaannya “bagaimana bapak bisa sampai seperti ini (menjadi ahli)?” Jawab dosen itu “tidak gampang, salah satunya adalah saya rajin membaca, ketika kamu belum bangun di pagi hari saya sudah membaca dan ketika kamu sudah tidur di malam hari saya masih membaca”. Sang dosen yang dikagumi harus bekerja keras untuk menjadi kunci jawaban bagi setiap pertanyaan muridnya.

Saya jadi teringat papa saya, ia adalah seorang montir yang cukup ulung, semua saudara menelepon, bertanya masalah kendaraannya. Tak jarang mereka datang meminta papa memperbaikinya. Selain montir ia juga adalah seorang supir angkutan umum. Keahlian papa tak di sia-siakan oleh teman-temannya, mereka menelepon untuk bertanya masalah kendaraannya, menjemput papa untuk memperbaiki, ataupun datang langsung dengan mobilnya yang bermasalah. Saya sangat bersyukur ternyata saya memiliki papa yang ahli dalam suatu hal, dan ia menjadi berkat bagi banyak orang dengan keahliannya. Tetapi hal tersebut tidak didapat dengan mudah, papa saya "memegang" mesin mobil sebelum saya bangun di pagi hari, dan masih melakukannya setelah saya sudah nyenyak tidur pada malam hari. Hal ini sudah dilakukannya sekitar 20 tahun. Jika ditanya apa yang saya syukuri atau kesan apa yang saya dapat dari papa (yang sudah beristirahat sangat panjang, sudah meninggal pada tahun 2008) adalah papa saya seorang pekerja keras, yang menjadikannya sang montir ahli.

Talenta harus dikembangkan jika ingin maksimal, mengikuti pendidikan formal atau dibimbing oleh orang yang berpengalaman adalah sarananya. Namun, tidak banyak orang yang memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan formal atau dibimbing oleh seorang ahli. Hal-hal tersebut seringkali disebabkan oleh karena terbatasnya biaya atau hal lainnya. Jadi, kesempatan juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi ahli.

Hal yang menyedihkan adalah, orang yang mendapat kesempatan menjadi ahli, menggunakan keahliannya untuk hal yang merugikan dunia. Ahli nuklir, membuat senjata pemusnah massal. Ahli teknologi informasi, mencuri uang dari Bank, dengan membobol jaringannya. Ahli sastra, memprovokasi massa dengan berita bohong. Dan lain sebagainya.

Namun, kenyataan di atas, justru harus menambah semangat kita untuk menjadi ahli. Dunia ini membutuhkan penyeimbang ahli-ahli yang jahat, yaitu, ahli dengan hati mulia. Bumi ini tidak lain adalah medan perang antara yang baik dan jahat, dan para ahli adalah kesatrianya.

Saya ingin hidup berguna, saya ingin menjadi ahli, saya ingin seperti papa (bahkan lebih). Talenta, kerja keras, dan kesempatan saya butuhkan. Sang Ahli Agung kiranya merajut hidup saya, supaya saya juga merajut hidup sesama dalam kebaikkan.